Refleksi 1436 H: berprestasi dan berprasasti

 on 25 October 2014  

Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (al-Hasyr: 18)

Ayat di atas memberikan pelajaran kepada kita semua akan pentingnya mengingat amal perbuatan yang telah kita lakukan di masa sebelumnya. Mengingat setiap manusia harus berpacu seiring dengan perjalanan waktu dan terkait dengan perpindahan ruang, dari ruang di dunia hingga ruang di akhirat.

Harus pula di sadari bahwa kita hidup di dunia ini tidaklah abadi, kita dibatasi  ruang dan waktu, batas waktu hidup bernama ajal dan batas ruang yang namanya barzakh setelah proses kematian usai. Karena itu pada refleksi ini marilah kita terus mempebaiki kualitas amal perbuatan kita, seiring terus berjalannya waktu.

Siapapun tidak bisa mengelak dari kematian yang terus kian mendekat dengan pasti, bertambahnya tahun  bertambah pula satu tahun mendekat menuju titik kematian yang telah di tentukan Allah. Dimanapun dan kapanpun manusia hanya bisa pasrah dari kejarannya.
Allah berfirman :
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.. (Q.S. An-Nisa’ 78).

Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan". (Q.S. Al-Jumu’ah 8)

Karena tidak bisa menghindar dari kematian itulah, maka tidak penting kapan kita menemui ajal, nanti esok hari, atau tahun-tahun yang akan datang, toh semua bakal mencalonkan diri menjadi maut, baik secara sukarela maupun dalam keadaan terpaksa. Yang terpenting bagi kita adalah apa yang telah kita perbuat untuk menghadapi kematian tersebut, disitulah ayat yang pertama tadi bertindak.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (al-Hasyr: 18)

Hidup pada dasarnya tidak hanya semat-mata menghembuskan nafas dan menghirupnya kembali, tetapi hidup harus berprestasi dan berprasasti. Berprestasi artinya beramal sebaik-baiknya sebagai ongkos melangkah ke ruang yang abadi yakni ruang kubur dan alam akhirat, disamping itu hidup juga harus berprasasti, yang artinya kita harus melakukan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain sehingga prasasti amaml perbuatan kita dikenang sepanjang zaman.

Kita tahu, usia baginda Nabi besar muhammad saw tidak sampai 63 tahun, namanya dikenang sepanjang zaman, abadi berprasasti dalam hati sanubari semua ummat islam di dunia ini, usia Imam Ghazali antara 52-53 tahun, tetapi namanya dikenang harum dan pedoman kesufiannya diteladani oleh banyak orang, kita juga mengenal Imam Syafi’i usianya tidak lebih dari 53 tahun, namun metode ijtihadnya dipakai dan abadi berprasasti di seluruh dunia sampai sekarang. Mereka para wali dan orang-orang ‘alim pun demikian, beliau-beliau tidak lama usianya namun kebaikannya meluber dan dikenang bagai prasasti yang abadi. Itulah sebaik baik manusia, dia yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya, dialah yang paling mulia di sisi Allah, karena beliau-beliau adalah tingkat tinggi nilai taqwanya.

Imam Nawawi mengatakan, “Umur adalah modal kehidupan manusia.” modal yang banyak kalau tidak bisa mengolahnya maka kerugian yang diderita akan lebih parah dari modal yang sedikit. Umur adalah modal bagi kehidupan manusia, umur yang pendek tapi berkualitas jah lebih diharapkan dari pada sebaliknya.

Subhanallah... untuk apa umur bertambah jika ternyata makin lama durasi hidupnya makin banyak perbuatan maksiatnya. Andaikan dalam agama ini diperbolehkan dipercepat ajalnya, maka maka lebih baik dipercepat ajal ini supaya tidak bertamabah tumpukan dosa. Sayangnya berdo’a agar didatangkan kematian lebih cepat adalah dilarang dalam agama.

Oleh karena itu di penghujung tahun ini, sempatkan waktu untuk muhasabah dan menilai amal baik apa yang pernah kita lakukan, check and recheck kembali dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Dan setelah itu mari kita sama-sama melakukan perbaikan amal perbuatan kita sebagai langkah untuk menghadapi perpindahan ruang yang pasti yakni ruang kubur setelah kematian berlangsung. Umar ra berkata
وزنوها قبل أن توازنواها حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا
Hitunglah amalmu sebelum kau dihitung, timbanglah amal perbuatanmu sebelum kau ditimbang



J-Theme