Tahun Baru Bingkai Perjalanan Waktu

 on 03 January 2017  

Ceramah singkat kali ini bertepatan dengan akhir tahun 2016 yang berarti bersamaan dengan menyongsong tahun baru 2017 sengaja admin situs ini membagikan sebuah renungan dan membingkai tahun baru dalam tema ceramah singkat ini berharap besar supaya menjadi pelajaran dan refleksi akhir tahun yang bermanfaat bagi pembacanya, sekaligus menjadi sebuah pengetahuan yang bermanfaat. Untuk mengawalinya akan kami mulai dari sebuah renungan bahwa manusia tak bisa melepaskan dirinya dari ruang dan waktu. Sudah kita yakini bersama bahwa manusia tidak akan mampu melepaskan diri dari gerak waktu.

Pada hakekatnya antara waktu yang satu dan waktu yang lain adalah berbeda, tidak ada waktu yang sama walaupun secara ontologisnya mengalami kesamaan, hari ini dengan hari esok berbeda, meskipun ada kesamaan dalam jam, begitupula 31 Desember tahu 2016 berbeda dengan tanggal 31 Desember 2015, meskipun ada kesamaannya tanggalnya tetapi ada kesamaan dalam tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa Desember tahun ini tidak sama dengan Bulan Desember tahun yang lali. Demikialah hukum waktu itu berlaku sepanjang waktu.

Manusia yang selalu berada dalam lini waktu tertentu secara hitungan dengan tahun baru ini menunjukkan pertambahan angka atau dengan kata lain, Seiring bertambahnya tahun, bertambah pula usia seseorang bila dilihat dari titik kelahiran, begitupula sebaliknya, bertambahnya tahun yang juga berarti bertambahnya usia manusia, hakikatnya adalah berkurangnya kesemoatan hidup di dunia bila dilihat dari titik kematiannya.

Rentang waktu dimana manusia hidup di dalamnya disebut dengan usia, usia yang paling baik adalah usia yang di dalamnya penuh degnan kebaikan, sebaliknya usia yang paling buruk adaah usia yang didalamya berupa perbuatan buruk. Sebagaimana sabda Rasul saw:
حدثناأبو حفص عمر يا رسول الله إي الناس خيرقال : مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وحسن عمله فأي الناس شر قال من طال عمره وسأي عمله (حسن صحيح) (رواه الترمذي)
Umar Abu Hafs Menceritakan, Wahai Rasul saw, siapakah yang paling baik, Rasul saw menjawab: ”orang yang paling baik adalah, orang yang panjang usianya dan baik amalnya”, lalu siapakah yang paling buruk,: ”orang yang paling buruk adalah orang yang panjang usianya dan buruk perbuatannya”. (HR. Tirmidzi)

Kandungan hadits di atas nampak jelas bahwa harga sebuah usia bukan terletak pada singkat atau lama-nya perjalanan hidup, melainkan terletak, seberapa banyak waktu tersebut dipergunakan untuk mengkoleksi sebuah kebaikan, begitupula sebalikan. Hal senada juga disampaikan dalam firman Allah swt yang berbunyi:

وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُو بِمُزَحْزِحِه مِنَ َ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ. (البقرة :96)
Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 96)

Garis tepi usia di dunia adalah kematian, kematian menandai seseorang telah memasuki dimensi waktu yang baru kekal dan hakiki. Di sana semua akan tampak koleksi kebaikan kita, di sana akan terbalas perbuatan buruk seseorang. Meskipun fenomena kematian adalah garis tepi kehidupan tetapi Jangan takut akan datangnya kematian, karena kematian merupakan proses menuju kebahagiaan yang abadi, Abul Fatih Muhammad as- Syahrastani dalam kitabnya al milal wa an-nihal meminjam bahasanya Socrates, beliau mengatakan “Ketika aku meneliti rahasia hidup, kutemukan maut, dan ketika kutemukan maut, karena itu kita harus prihatin dengan kehidupan dan bergembira dengan kematian, karena hidup ini untuk mati, dan mati untuk hidup selama-lamanya”

Dengan keyakinan secara total kepada Allah dan melakukan kehidupan sesuai dengan prosedur yang telah dituangkan dalam kitabullah, maka jalan kehidupan menuju kebahagiaan sesuai dengan yang cita-citakan akan terbentang luas.

Demikianlah salah satu cara membingkai tahun baru dalam ceramah yang bisa disampaikan diacara acara refleksi tahun baru pada di tahun baru ini, rekfleksi ini tidak berniat untuk menggurui atau menggiring sebuah opini melainkan memaknainya dalam perspektif usia sebagai sebuah media untu mengais kebaikan dan bila salah dalam mengelolanya maka waktu bagaikan pedang yang akan memotong tuannya.
Semoga bermanfaat amin ya rabbal 'alamin.



J-Theme