Relevansi Peringatan Maulid Terhadap Sikap Toleransi

 on 25 February 2010  

Rabi'ul awwal adalah bulan di mana pemimpin dunia dilahirkan, dia adalah Nabi Muhammad, seorang hamba dari suku Quraisy yang selama hidupnya meninggikan nilai-nilai kemanusiaan, dia arif dan bijaksana mempunyai toleransi yang sangat tinggi termasuk terhadap agama lain dengan prinsip "bagimu agamamu dan bagiku agamaku" disampping itu dia juga sebagai pemimpin yang dapat dipercaya dan selalu konsisten dengan fatwanya sehingga mendapatkan gelar "al-amin".

Hampir seluruh pakar sejarah mengakui keberhasilan perjuangan Nabi Muhammad dalam menegakkan nilai kemanusiaan di muka bumi ini, jika ada yang tidak megakui itu hanyalah bagain dari penyelewengan sejarah. Bias perjuangannya pun sampai sekarang masih dapat dirasakan, di mana tatanan kehidupan yang diajarkan selalu berorientasi menuju keteraturan hidup, ketentraman dan selalu mengajarkan tentang pentingnya makna perdamaian terbukti dengan perjanjian yang dilakukan dengan agama lain yang biasa kita sebut dengan perjanjian hudaibiyah. Sebuah perjanjian perdamaian dengan agama-agama non-Islam pada saat itu, ini harus kita teladani secara maksimal, meneladani apa yang telah dilakukan oleh nabi adalah bukti dari kcintaan kita terhadap nabi itu sendiri. Khatib menyimpulkan hanya, omong kosong belaka jika mengaku sebagai pengikut nabi tetapi kita sendiri tidak mengikuti jejak yang dilakukannya.

Akhir-akhir ini kita disibukkan dengan berita pembusukan dari agama-agama lain terhadap Islam, padahal jika kita mau berfikir, agama manapun tidak akan bisa mengotori agama Islam, yang merasa terkontaminasi dengan agama non-Islam tidak lain adalah kita sendiri sebagai orang muslim, agama Islam merupakan sifat keagamaan yang mati dan yang menghidupkan ajaran tersebut adalah pemeluk agama itu sendiri, karena sifat keagamaan dapat dipakai oleh siapapun walau berada dalam agama yang berbeda. Yang terpenting harus kita lakukan adalah menjalankan sistem keagamaan Islam ini dengan ikhlas dan sadar yang diimbangi sifat tidak memusuhi agama-agama lain, marilah kita buktikan saja bahwa agama Islam adalah sebuah agama yang menjunjung tinggi dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan, tidak lebih dari itu, jika agama kita memang suci maka ummat manapun akan mengikuti pilihan ini.

Bias agama yang dikenalkan oleh Nabi Muhammad kepada ummatnya membekas erat dalam benak kita, Keberadaannya mempunyai makna yang sangat penting dan mendalam. Dalam kehidupan sosial Muhammad menghaous sitem kasta dari agama sebelumnya, semua manusia disamakan dihadapan Tuhan yang membedakan diantara mereka adalah ketaqwaannnya

إن اكـرمكم عندالله أتقاكم

"sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang peling bertaqwa diantara kamu sekalian."
Ajarannya tidak mengenal ras dan suku, makanya pantas kalau muhammad dijadikan sebagai suri tauladan yang lengkap. Hidupnya berjasa dan setelah wafat meninggalkan jejak yang bisa dinikamti dari generasi ke genarasi. Warisan itu bebrbentuk risalah yang dibawanya terbukukan secara rapi dan teratur dalam hadits-hadits dan risalah suci yang tercatat tercatat secara rapi berupa al-Qur’an. Al-Qur'an dan hadits memuat ajaran-ajaran suci, dan ini merupakan warisan termahal yang pernah kita jumpai, tanpa ajarannya kita tak dapat membayangkan apa yang akan terjadi di sekeliling kita khususnya di desa Jombang ini, jika tanpa ajaran perdamaian yang diajarkan oleh agama, agama dijadikan sebagai ide dalam menjalankan status kita sebagai pemelihara kelestarian alam ini, baru-baru ada konflik kecil dengan tetangga kita yang notabenenya adalah agama non-Islam namun kalau kita pahami persoalan yang muncul itu bukanlah persoalan bertetangga yang tidak saling menjaga martabat bertetangga tetapi khatib melihat ini adalah persoalah sentimen keagamaan yang berlebihan dan memandang bahwa agama lain adalah musuh, bukan memandang bahwa agama lain itu adalah pemeluknya juga manusia yang mempunyai tali persaudaraan dengan manusia pertama yakni nabiyullah Adam as.

Memusuhi agama lain, sepanjang pengetahuan khatib tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad, justru yang diajarkan adalah bagaimana cara menghormati agama lain dan memikatnya dengan akhlaq yang baik. Agama adalah ideologi dan ideologi adalah sebuah penggerak sejarah. benar apa yang dikatakan oleh Murtadha Mutahhari, bahwa ideologi adalah penggerak utama bagi pelaku sejarah.

Dalam konteks ini Islam adalah sebagai penggerak peradaban dan sebagai pelakunya adalah pemeluknya, jika kita agama kita tidak ingin dicatat sebagai sejarah kekerasan atas nama agama maka janganlah sekali-kali berbuat kekerasan hanya dikarenakan prilaku orang lain tidak sesuai dengan agama kita atau dengan dalih jihad, menegakkan Islam dan semacamnya.



No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungannya...

J-Theme