Menjaga Pendengaran Menggapai Kebeningan Hati

 on 15 September 2017  

ceramah singkatAnggota tubuh berikutnya yang perlu dijaga selain mata adalah menjaga telinga dari mendengarkan keburukan. Pertama, Al-Ghazali menganggap orang yang mendekngar ada sekutu bagi orang yang berbicara, baik dan buruknya tema pembicaraan.

سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ فَإِنْ جَاءُوكَ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ أَوْ أَعْرِضْ عَنْهُمْ وَإِنْ تُعْرِضْ عَنْهُمْ فَلَنْ يَضُرُّوكَ شَيْئًا وَإِنْ حَكَمْتَ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil. (QS. al-Maidah: 42)

Dalil ini menunjukkan larangan sesuatu yang haram diucapkannya maka haram pula mendengarkannya. Karena mendengarkannya sama dengan menyetujui tema yang dibicarakannya. Diam terhadap perbuatan ghibah adalah haram. Dalam ayat yang lain dijelaskan

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ ءَايَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam, (QS. an-Nisa`: 140).

Pendek kata, orang yang berkata dan pendengarnya adalah berserikat dalam dosa, sebagaimana Rasul saw melarang ghibah dan mendengarkan ghiba.

Kedua, Pengaruh pendengaran terhadap hati sama dengan pengaruh makanan terhadap perut, ada yang berbahaya adapula yang bermanfaat, ada yang menjadi gizi, sebaliknya adapula yang menimbulkan penyakit. Bahkan pengaruh hati itu lebih membekas terhadap hati daripada pengaruh makanan terhadap perut seseorang. Pengaruh makanan terhadap perut bisa hilang beberapa waktu, tetapi pengaruh ucapan bisa jadi akan membekas sepanjang hidup. Atas dasar itulah menjaga pendengaran adalah hal penting yang harus diperhatikan.



J-Theme